TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - SEMBILAN puluh tiga tahun silam atau tepatnya 1924, sepasang bersaudara Joseph Ignaz Julius Maria Schmutzer dan Julius Robert Anton Maria Schmutzer mendirikan sebuah gereja di Ganjuran, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, sekitar 17 kilometer sebelah selatan Kota Yogyakarta.
Gereja Katolik Roma ini diberi nama Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus, tapi terkenal juga sebagai Gereja Ganjuran.
Schmutzer bersaudara yang keturunan Belanda ini bukanlah pastur. Mereka adalah pengelola pabrik gula Gondang Lipuro di Ganjuran.
Dibantu J Yh Van Oyen, arsitek asal Belanda, Schmutzer membangun gereja sebagai wujud sosial mereka terhadap warga sekitar pabrik, khususnya bagi karyawan pabrik gula.
Gereja Hati Kudus Ganjuran, Bantul (Wikimedia Common / CC BY-SA 3.0)
“Cikal bakal Katolik di Gereja Ganjuran…ya, para pekerja pabrik gula itu,” tutur Windu Hadi Kuntoro, pengurus Gereja Ganjuran memulai ceritanya.
Sebelumnya, kata wiraswastawan berusia 43 tahun ini, Schmutzer bersaudara juga mendirikan volksschool (sekolah rakyat) sejak 1919.
“Sejak itu banyak orang di Ganjuran ini mendapatkan ajaran tentang gereja, tentang Katolik, dan akhirnya banyak orang yang dibaptis,” Windu mengisahkan.
Jika dulu, di awal-awal Gereja Ganjuran dibangun hanya ada 25 orang penganut Katolik, maka kini jumlah itu hampir mendekati 10.000.
Dari sisi sosial dan budaya, gereja memang diutus untuk menjadi berkat bagi sesama dan siapapun.
Dengan berdirinya sebuah gereja, sebuah tatanan kehidupan manusia dengan nilai-nilai toleransi diharapkan dapat tumbuh dan hidup. Umat pun dapat mencegah dan terhindar dari berbagai konflik hingga ke akar-akarnya.
http://www.tribunnews.com/regional/2018/03/06/uniknya-gereja-ganjuran-bantul-akulturasi-indah-antara-jawa-hindu-buddha-dan-eropa
0 Response to "Uniknya Gereja Ganjuran Bantul, Akulturasi Indah Antara Jawa, Hindu-Buddha, dan Eropa"
Posting Komentar